Pendahuluan
Pada tanggal 28-29 November 2023, konferensi internasional tentang “Transisi yang Adil dalam Industri Minyak Sawit” diadakan di Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia. Konferensi ini dihadiri oleh 140 peserta yang sebagian besar berasal dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Kamboja, India, Kamerun, Sierra Leone, Jerman, dan Swiss.
Mereka yang hadir adalah aktor-aktor kunci akar rumput yang terkait erat dengan industri sawit seperti buruh dan serikat buruh, masyarakat lokal dan adat, petani kecil, aktivis keadilan lingkungan dan agraria, kelompok feminis, dan sekutu lainnya.
Baca lebih lanjut tentang konferensi ini:
Konferensi ini diakhiri dengan sebuah deklarasi, yang menguraikan tuntutan-tuntutan utama masyarakat akar rumput, termasuk visi transformasi sosial-ekologis yang radikal dalam Industri Minyak Sawit, sebagai berikut:
______________________________________________________________________
Deklarasi Sambas untuk Transisi yang Berkeadilan dalam Industri Sawit
29 November 2023
Pada abad 21, industri sawit masih diwarnai oleh persoalan sosial dan ekologis yang serius. Meskipun telah banyak diskusi meja bundar dan kampanye transnasional, produksi sawit masih berdasarkan pada monokultur skala besar, perampasan lahan, dan eksploitasi buruh murah dan rentan. Produksi seperti ini disertifikasi sebagai “berkelanjutan”. Buruh, yang sering kali tanpa status kerja yang permanen atau upah yang layak, sadar bahwa hal ini bukan faktanya. Sebaliknya, pertanian industri monokultur bertopang pada eksploitasi terhadap manusia dan alam non-manusia agar menguntungkan.
Kami membutuhkan transformasi sosial-ekologis industri sawit yang radikal. Transisi yang berkeadilan berarti strategi perubahan oleh gerakan buruh yang beraliansi dengan gerakan keadilan lingkungan, petani, nelayan, gerakan perempuan dan gerakan masyarakat adat. Transisi yang berkeadilan bertujuan untuk mencapai transformasi sosial-ekologis yang berfokus pada kebutuhan manusia dalam ekonomi karbon nol, dengan menghormati lebih dari sekedar alamiah manusia.
Transisi yang berkeadilan harus berkelanjutan secara sosial dan ekologis:
- Kami menuntut kebebasan berserikat, hak untuk berorganisasi serta berunding secara kolektif sebagai hak dasar di tempat kerja. Kami menyerukan diakhirinya kriminalisasi terhadap aktivis.
- Kami menuntut upah layak bagi seluruh buruh. Ini termasuk kesehatan dan pensiun yang bermartabat di hari tua. Perspektif upah layak harus menjauh dari sistem remunerasi yang bergantung pada pekerjaan yang menuntut secara fisik dengan target kerja dan sanksi yang tinggi.
- Kami menuntut status hubungan kerja permanen untuk semua buruh dan menghentikan kontrak jangka pendek dan sistem kerja harian. Pekerjaan yang aman harus dijamin untuk semua pekerja.
- Kami menyerukan perlindungan hak pekerja bagi buruh migran. Ini termasuk memastikan mekanisme perekrutan dan pemulangan pekerja migran yang aman dan adil.
- Kami menuntut hak-hak yang setara bagi buruh perempuan, perempuan petani dan perempuan adat. Buruh perempuan yang bekerja sebagai buruh harian lepas harus diangkat menjadi buruh permanen dengan upah yang setara.
- Kami menuntut pengakuan hak masyarakat adat, termasuk namun tidak terbatas pada tanah komunal. Ini termasuk pengakuan praktik pertanian adat dan tanaman asli.
- Kami menuntut perlindungan kesehatan dan keselamatan bagi buruh, termasuk menyediakan akses gratis ke klinik dan infrastruktur kesehatan yang baik. Khusus untuk pekerja perempuan, memastikan akses terhadap hak maternitas dan hak kesehatan reproduksi seksual sangat penting. Perkebunan monokultur buruk bagi kesehatan pekerja dan harus dihapuskan.
- Kami menuntut akses ke pendidikan, dengan menyediakan sekolah berkualitas baik di perkebunan.
- Kami menyerukan akses ke infrastruktur perumahan yang aman dan layak di perkebunan.
- Kami mendukung partisipasi aktif perempuan dalam gerakan-gerakan sosial, termasuk gerakan buruh, petani dan gerakan lingkungan. Perempuan harus memiliki peran aktif dalam pengambilan keputusan dan ruang aman dalam menyuarakan kepentingan dan suara mereka. Kerja reproduktif harus dibagi secara adil di antara perempuan dan laki-laki.
- Kami menuntut diakhirinya penggunaan pestisida dan pupuk berbahaya. Sebaliknya, kami menyerukan penggunaan pengelolaan hama terpadu atau pestisida dan pupuk ramah lingkungan.
- Kami menuntut pemenuhan hak atas air bagi buruh. Solusi konkret dapat memasukkan penanaman spesies tanaman asli di sepanjang sungai, pelarangan penggunaan pestisida berbahaya, dan kewajiban pembangunan pengolahan biogas di pabrik sawit.
- Kami menuntut reforma agraria yang tidak hanya melibatkan masyarakat lokal tetapi juga buruh sebagai subjeknya dan agar lahan masyarakat dikembalikan kepada masyarakat. Hutang tidak sah petani akibat skema plasma harus dihapuskan sehingga mereka dapat memiliki modal dalam transisi yang adil.
- Kami menuntut remediasi lahan dan ekosistem. Ini termasuk membangun mekanisme demokratis untuk mempersiapkan, melakukan, dan mengevaluasi remediasi.
- Kami menuntut penghentian ekspansi perkebunan dan penggundulan hutan. Buruh harus mendapatkan keamanan kerja dengan memperbaiki kondisi kerja di perkebunan yang ada.
- Kami membutuhkan transisi dari produksi monokultur skala besar ke lanskap mosaik. Ini termasuk transformasi perkebunan yang ada ke sistem yang melibatkan tanaman campuran, dengan kayu asli dan pohon-pohon buah, tanaman pertanian dengan cara tumpang sari, dan kebun untuk buruh untuk menghasilkan makanan untuk konsumsi mereka. Bentang alam tersebut harus didasarkan pada perspektif kedaulatan pangan.
- Kita perlu mengakui sifat struktural yang lebih luas dari krisis iklim di luar perkebunan.
Bentuk Produksi sawit lainnya mungkin!
Konferensi ini adalah awal mula dari Aliansi untuk Transisi Berkeadilan di Industri Sawit. Kami bertekad untuk:
- Meningkatkan solidaritas internasional, khususnya dengan komunitas masyarakat dan buruh yang mengalami kekerasan dan penindasan. Solidaritas harus didasarkan pada perspektif keadilan, termasuk, keadilan sosial, lingkungan dan ras.
- Mendiskusikan perspektif Transisi yang Berkeadilan dalam serikat kami masing-masing dengan tujuan untuk membangun Transisi yang Berkeadilan sebagai kebijakan resmi dalam serikat, dan dalam federasi, konfederasi yang mengorganisir sektor sawit dan industri pengolahan. Perspektif tersebut harus mempertimbangkan gender dan inklusif.
- Mengembangkan lebih lanjut konsep dan strategi untuk Transisi yang Berkeadilan dalam kolaborasi dengan komunitas ilmiah.
- Membangun aliansi antar-sektor di tingkat lokal, nasional dan internasional untuk mendorong perubahan konkret terhadap produksi sawit yang berkeadilan secara sosial dan ekologis. Hal ini termasuk aliansi dengan petani dan kelompok lingkungan, gerakan adat perempuan, serta gerakan sosial lainnya yang relevan untuk industri.
_______________________________________________________________________________________
Daftar Organisasi Pendukung
- Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) Kalimantan Barat
- Federasi Serikat Pekerja Industri Perkebunan Sawit Indonesia (FSP IPSI)
- Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI)
- Gerakan Perjuangan Rakyat Papua (GPRP)
- GRAIN
- Greenpeace Indonesia
- Informal Alliance Against Industrial Plantations
- Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI)
- Lingkaran Advokasi dan Riset (Link-AR Borneo)
- Litoral
- Resist Expansion of Agribusiness Plantations (REAP)
- Sajogyo Institute
- Sawit Watch
- Serikat Buruh Kerakyatan (Serbuk)
- Serikat Buruh Sawit Sejahtera (SBSS)
- Serikat Pekerja Kelapa Sawit Indonesia (SEPASI) MAKIN KIU
- Serikat pekerja sawit indonesia (SPSI)
- Solidar Suisse
- Swiss Church Cooperation HEKS/EPER
- Synergie Nationale des Paysans et Riverains du Cameroun (Synaparcam)
- Trade Union Rights Centre
- Transnational Palm Oil Labor Solidarity
- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia/Friends of the Earth Indonesia
- Women’s Network Against Rural Plantations Injustice