Bisakah Aliansi Buruh-Iklim Mewujudkan Transformasi Sektor Industri Sawit yang Adil?
Persoalan tersebut merupakan topik yang diangkat dalam acara publik “Transisi yang Adil di Sektor Industri Sawit” di Bern Switzerland, pada 3-4 Desember 2024. Acara ini dihadiri perwakilan jaringan internasional dari serikat pekerja dan gerakan keadilan iklim. Dari hasil diskusi dalam acara ini, jaringan organisasi sipil Eropa dengan jangkauan global, yang tergabung dalam SOLIDAR, aktif melakukan kampanye global dengan topik “Realitas tak terlihat dari Industri Sawit: Mengapa Keadilan Sosial Harus Dimulai dari Buruh“. Bahan-bahan kampanye dipublikasikan ulang di sini untuk tujuan pendidikan dan penggalangan solidaritas.
Mengapa Transisi yang Adil harus dimulai dari buruh dan komunitas lokal?
Bagaimana kondisi kerja buruh perempuan di Indonesia?
Sukristiana dari Serikat Pekerja Sawit Indonesia (SEPASI) melaporkan kondisi kerja yang buruk bagi pekerja perempuan di perkebunan kelapa sawit yang berjuang bersama untuk menuntut hak-hak mereka, seperti cuti melahirkan. Salah satu tuntutan utama mereka adalah pekerja harus memiliki kebebasan berserikat, supaya mereka dapat bersatu dan saling mendukung.
Bagaimana dampak-dampak ekspansi perusahaan multinasional di Afrika ?
Rita dari Environmental Rights Action/Friends of the Earth Nigeria mengingatkan bahwa deforestasi merupakan salah satu faktor utama penyebab hilangnya keanekaragaman hayati. Fokus kerjanya adalah mengungkap dan menyoroti pelanggaran hak asasi manusia dan hak atas tanah yang terjadi di seluruh Afrika, yang disebabkan oleh operasi perusahaan multinasional, dengan tujuan untuk menghentikan ekspansi perkebunan sawit mereka. Organisasinya juga bekerja untuk mempromosikan kedaulatan rakyat atas tanah, serta melindungi kehidupan dan hak-hak masyarakat adat dan komunitas lokal yang bergantung pada tanah, hutan, dan air untuk kelangsungan hidup mereka.
Bagaimana dampak-dampak ekpansi perkebunan sawit di Indonesia?
Uli dari WALHI – Friends of the Earth Indonesia khawatir tentang dampak besar dari ekspansi perkebunan monokultur sawit di Indonesia, yang telah terbukti menyebabkan kerusakan lingkungan, perampasan tanah, dan pelanggaran hak asasi manusia. Selain itu, hal ini juga sangat berkontribusi terhadap krisis iklim. WALHI Indonesia ingin menekankan perlunya regulasi yang lebih kuat untuk melindungi hak asasi manusia, lingkungan, dan alam. Mereka melihat Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) sebagai salah satu kebijakan yang dapat digunakan untuk mengurangi pelanggaran korporasi dan memastikan pemulihan lahan komunitas.
Bagaimana dampak-dampak ekpansi perkebunan sawit di Liberia?
Samwar dari Green Advocates International di Liberia berbagi pengalamannya dalam berjuang melawan perusahaan multinasional di Liberia yang beroperasi di perkebunan kelapa sawit dan karet. Untuk memaksimalkan keuntungan mereka, perusahaan-perusahaan ini memaksa penduduk asli meninggalkan tanah mereka, menanam kelapa sawit atau karet, serta mengabaikan komunitas tanpa memenuhi tanggung jawab sosialnya, sehingga komunitas kehilangan tanah mereka dan tanpa sarana untuk bertani atau mencari nafkah dengan cara lain.
Bagaimana membangun gerakan di sepanjang rantai pasok dan lintas komunitas lokal?
Aisha dari Sawit Watch di Indonesia membagikan visi gerakan untuk transisi yang adil di industri sawit, mempromosikan produksi sawit alternatif yang memprioritaskan keadilan sosial-ekologis. Sawit Watch menekankan pentingnya mengorganisir gerakan, membangun aliansi, dan solidaritas di dalam rantai pasok secara internasional dan di antara komunitas untuk menyampaikan tuntutan mereka dan menekan industri sawit.
