Jaringan Buruh Kelapa Sawit Mendukung Penuh Perjuangan Pekerja Haribo Memperjuangkan Haknya

oleh | Mei 16, 2021 | Solidaritas

Untuk rekan-rekan pekerja Haribo di Wilkau-Hasslau, Jerman

Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi pekerja selain kehilangan pekerjaan. Terlebih lagi di saat pekerja telah berkontribusi selama puluhan tahun bekerja. Hanya satu bulan menjelang hari perayaan Natal tahun lalu, 150 pekerja pabrik Haribo kehilangan pekerjaannya.

Kami yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Transnasional Buruh Kelapa Sawit mendukung penuh upaya para pekerja Haribo memperjuangkan haknya. Penutupan pabrik dengan alasan permesinan dan bangunan pabrik yang kuno, serta situs produksi yang tidak lagi menguntungkan tidak bisa diterima. Hal ini terutama mengingat bahwa para pekerja telah bekerja selama lebih dari 30 tahun dan berkontribusi atas kesuksesan Haribo di pasar internasional dan reputasinya atas popularitas permen yang dijual.

Dukungan kami bukan hanya atas dasar perasaan sepenanggungan sebagai sesama kelas pekerja. Namun juga atas dasar bahwa produksi permen karet Haribo menggunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakunya, sementara perusahaan Haribo itu sendiri merupakan anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Artinya, sangat besar kemungkinan bahwa bahan baku permen karet Haribo berasal dari Indonesia atau Malaysia sebagai dua negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

Transnational Palm Oil Labour Solidarity (TPOLS) adalah jaringan kerjasama lintas organisasi berasal dari Indonesia, Malaysia, Filipina dan Jerman. TPOLS menaruh perhatian pada isu keberlangsungan sosial dan lingkungan industri kelapa sawit. Jaringan TPOLS terdiri dari organisasi serikat buruh, kelompok lingkungan berkeadilan, organisasi perempuan, Pejuang HAM dan perburuhan, kelompok buruh migran, dan kelompok akademisi. Kami bersama-sama memperjuangkan hak pekerja yang berada sepanjang rantai pasok minyak kelapa sawit.

Bagi kami, dukungan bagi pekerja yang berada dalam jaringan produksi global kelapa sawit yang diperlakukan tidak adil adalah suatu kewajiban.

Rekan-rekan kami, para pekerja Haribo saat ini menghadapi masa depan yang tidak menentu. Tawaran tempat kerja baru, yang berjarak 500 km jauhnya dari rumah dan keluarga bukanlah solusi. Kebijakan perusahaan yang diambil tanpa penjelasan, kesempatan berdiskusi dan kemungkinan untuk mencari solusi alternatif kepada pekerja dengan posisi yang setara adalah hal yang tidak bisa dibenarkan.

Hal ini terutama mengingat para pekerja telah mencurahkan waktu, tenaga, dan keringatnya untuk kesuksesan Haribo. Kebijakan penutupan pabrik juga tidak mempertimbangkan situasi sulit akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan ketidakpastian bagi seluruh kalangan pekerja.

Kami mendesak agar manajemen perusahaan Haribo agar

  • Membuka ruang dialog dengan pekerja untuk merumuskan keputusan bersama dengan turut mempertimbangkan kepentingan keberlangsungan hidup 150 pekerja dan keluarganya
  • Secara transparan menjelaskan kepada para pekerja kondisi yang sesungguhnya dialami oleh perusahaan.
  • Memastikan bahwa solusi yang ditawarkan tidak mengurangi sedikit pun hak para pekerja, dan menjamin adanya kepastian kerja terutama pada masa sulit pandemi Covid-19.

Para pekerja Haribo tidak sendiri. Pahitnya pengalaman diperlakukan tidak pantas oleh perusahaan, atas dedikasi yang diberikan para  pekerja, juga dialami oleh para pekerja di Indonesia. Jika penutupan pabrik Haribo terjadi jelang hari Natal, hal serupa juga terjadi di Indonesia di kala banyak pabrik memecat pekerja jelang hari Idul Fitri.[1]

Terlepas dari keberadaan lembaga seperti RSPO yang memberikan label ‘keberlanjutan’ bagi produk maupun perusahaan produsen dan pembeli minyak kelapa sawit, kami melihat tidak adannya perbaikan yang berarti dalam hal keberlangsungan sosial dan lingkungan dalam jejaring produksi global minyak kelapa sawit, mulai dari negara-negara di Asia Tenggara yang memproduksi minyak kelapa sawit, hingga negara-negara di Eropa yang mengolah minyak kelapa sawit seperti pabrik Haribo.

Untuk itulah kita perlu berjuang bersama demi kehidupan pekerja yang lebih baik. Dengan perasaan penuh solidaritas, kami mendukung pekerja Haribo dan mengecam penutupan pabrik Haribo di Wilkau-Hasslau. Kami bersama pekerja Haribo atas dasar solidaritas lintas negara.

Hidup buruh! Panjang umur perjuangan!

14 January 2021

[1] Tahun 2018, sebanyak 300 pekerja pabrik pembuat makanan ringan di PT. Arnott’s di kota Bekasi kehilangan pekerjaan dengan alasan perusahaan kelebihan tenaga kerja dan produksi kurang laku terjual. Di tempat lain, 1095 awak mobil tangki PT. Pertamina dipecat dengan alasan pergantian penyalur tenaga kerja. Lebih lengkapnya lihat, “Membela Hak Buruh yang Dirampas di Bulan Ramadan, Ibadah!”

 

Lampiran – Artikel Berita

 

Beberapa ratus pekerja Haribo dan pendukungnya memprotes penutupan pabrik Haribo di Wilkau- Haßlau (21 Nov 2020). Dokumentasi: The NGG Union

Beberapa ratus pekerja Haribo dan pendukungnya memprotes penutupan pabrik Haribo di Wilkau- Haßlau (21 Nov 2020). Dokumentasi: Serikat NGG

‘Anak-anak dan orang dewasa sangat menyukainya – dunia HARIBO yang bahagia’ adalah slogan resmi dari produsen permen Jerman HARIBO. Bagi 150 karyawan HARIBO dan keluarganya di Jerman Timur, “dunia HARIBO yang bahagia” itu runtuh dalam beberapa menit.

Pada akhir November 2020, manajemen perusahaan milik keluarga yang beroperasi secara internasional, memberi tahu 150 karyawannya di lokasi produksi di Wilkau-Hasslau dalam pernyataan tiga menit tentang keputusan perusahaan untuk menutup pabrik pada akhir tahun.

Karyawan baru saja merayakan 30 tahun afiliasi dengan perusahaan, bangga menjadi bagian dari keluarga HARIBO yang sering dipuji. Sekarang mereka memperjuangkan masa depan penghidupan mereka. Perjuangan ini mendapat dukungan dari serikat pekerja, politisi lokal, dan warga lokal

Para karyawan bagian produksi HARIBO ditinggalkan sendiri oleh manajemen beberapa menit setelah menerima kabar buruk—hanya satu bulan menjelang Natal dan selama masa pandemi global. Hal ini menimbulkan situasi yang serba tidak pasti bagi para pekerja dan krisis keuangan bagi banyak orang.

Karyawan bahkan tidak diberikan kesempatan untuk bertanya tentang alasan keputusan manajemen dan untuk membahas masa depan para pekerja. “Mereka baru saja menawari kami pekerjaan di tempat produksi lain, namun jaraknya 500km dari rumah dan keluarga kami,” kata para pekerja. Pilihan ini tidak masuk akal bagi sebagian besar karyawan yang telah lama tinggal di kota saat ini­—dan juga merupakan kampung halamannya.

HARIBO adalah perusahaan milik keluarga, didirikan pada 1920 oleh Hans Riegel di kota Bonn, Jerman Barat. Pabrik di Wilkau-Hasslau memproduksi permen untuk HARIBO dan perusahaan Jerman Barat lainnya sebelum reunifikasi Jerman pada tahun 1990.

Setelah reunifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur, HARIBO mengambil alih lokasi produksi di Wilkau-Hasslau. Sejak itu, para pekerja menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan, yang kini dibalas dengan penutupan pabrik.

HARIBO telah gagal berinvestasi di situs tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Manajemen berpendapat lokasi produksi tidak cukup menguntungkan karena bangunan pabrik dan mesin yang sudah ketinggalan zaman. Sementara itu, aset kekayaan Keluarga Riegel berkisar lebih dari 2 miliar Euro dan termasuk satu di antara seratus keluarga terkaya di Jerman.

Serikat pekerja Jerman NGG, mitra kerjasama jaringan TPOLS, mengkritik keras keputusan dan perilaku perusahaan terhadap karyawannya. “Pabrik Haribo di Wilkau-Hasslau adalah gambaran bagaimana perusahaan hanya memikirkan keuntungan. Pekerjaan dan prospek hidup harus dikorbankan demi target keuntungan; sebuah lapangan pekerjaan penting akan menghilang dari kawasan ini,” kata Thomas Lissner, NGG.

Lebih lanjut dia berpendapat, “Saya tidak tahu apa hubungannya dengan bisnis keluarga yang merayakan ulang tahunnya yang ke-100 tahun ini. Ternyata, keluarga Haribo hanya mencakup pemilik dan pengelola perusahaan. Itu adalah kapitalisme murni. Kami menuntut keputusan untuk menutup perusahaan dicabut dan mencari alternatif bagi masa depan pekerja.”

HARIBO menjual permennya ke seluruh dunia, lokasi produksinya sebagian besar terletak di Jerman dan negara tetangga. Perusahaan ini juga anggota RSPO dan, menurut angka sendiri, mengonsumsi 3251 ton minyak sawit pada 2019.

 

Informasi lebih lanjut silakan ikuti Gewerkschaft NGG Ost

Pin It on Pinterest