Mengapa petani dirugikan ketika membangun kemitraan produksi dengan perusahaan kelapa sawit?
Buku Saku ini dipublikasikan oleh World Rainforest Movement (WRM) pada Juni 2021, yang sengaja dipublikasikan ulang di sini untuk tujuan pendidikan bagi kalangan lebih luas. Buku Saku ini merupakan hasil pembelajaran dari pengalaman petani atau komunitas petani dari Amerika Latin, Afrika sub-Sahara, dan Asia Tenggara, yang menjelaskan cara kerja “pertanian kontrak” dengan perusahaan kelapa sawit, dan bagaimana pertanian kontrak ini menjadi ancaman serius bagi pertanian dan kedaulatan pangan. Buku ini membahas sembilan janji paling umum yang sering gembar-gemborkan oleh perusahaan, dan yang terpenting, informasi-informasi yang disembunyikan di balik setiap janji.
Fokus utama perusahaan sawit adalah memaksimalkan keuntungan. Sasaran mereka adalah menjaga biaya produksi serendah mungkin dan menjual minyak kelapa sawit sebanyak mungkin. Semakin banyak lahan yang dapat mereka kuasai, semakin banyak minyak sawit yang dapat mereka jual.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan lembaga keuangan, perusahaan sawit telah menguasai jutaan hektar lahan. Mereka telah merusak dan mencemari daerah penangkapan ikan, tanah yang subur, sumber air, dan hutan. Pengambilalihan lahan masyarakat oleh perusahaan ini juga mengakibatkan kekerasan terhadap orang-orang yang tinggal di dalam dan sekitar perkebunan sawit, termasuk pelecehan dan kekerasan seksual terhadap perempuan. Beberapa pekerjaan di perkebunan yang tersedia bagi anggota masyarakat dibayar rendah dan berbahaya.
Karena penolakan terhadap konsesi perkebunan skala besar meningkat, perusahaan mulai menggunakan berbagai strategi untuk menguasai lahan masyarakat. Salah satu strateginya adalah menciptakan skema kemitraan petani kecil atau petani kontrak. Perusahaan sawit mengusulkan agar petani menanam kelapa sawit di lahan mereka sendiri, dan sebagai gantinya, perusahaan akan membeli semua buah kelapa sawit yang mereka hasilkan. Pemerintah biasanya mendukung skema-skema ini, yang disajikan sebagai kesepakatan yang saling menguntungkan. Namun, pada kenyataannya, skema-skema kemitraan ini adalah jebakan. Petani menumpuk utang sejak awal, kehilangan kebebasan untuk memutuskan kepada siapa mereka akan menjual hasil produksi mereka, menghadapi pembatasan ketat dalam menanam tanaman lain, dan menyerahkan otonomi dan bahkan lahan mereka kepada manajemen perusahan. Pengalaman-pengalaman di Amerika Latin, Afrika sub-Sahara, dan Asia Tenggara telah menunjukkan hal ini.
Pertanian kontrak memungkinkan perusahaan kelapa sawit untuk menguasai lebih banyak lahan dan meningkatkan produksi mereka tanpa dituduh merampas lahan atau mengusir keluarga petani. Pemerintah juga mulai mempromosikan skema ini, untuk menghindari konflik sosial yang cenderung muncul ketika konsesi besar diserahkan kepada perusahaan. Lebih jauh, pertanian kontrak telah menjadi taktik bagi perusahaan kelapa sawit untuk mengakses pendanaan baru, yang seringkali berasal dari publik, dari bank pembangunan, lembaga bantuan, pemerintah, dan penyandang dana lainnya.
Untuk mengakses informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi website WRM di tautan berikut: World Rainforest Movement (WRM)
atau mendownload langsung di tautan berikut: Sembilan Alasan Menolak Pertanian Kontrak dengan Perusahaan Sawit