TPOLS – Kamis sore, 5 Desember 2019, hari menjelang gelap, sekitar pukul 18.00 WITA, barak pekerja kebun Bangkirai milik PT. Jaya Mandiri Sukses di Desa Prian Kec. Muara Muntai, Kab. Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur seketika heboh dengan adanya kabar duka meninggalnya Emerensiana Hoar (33), salah seorang buruh bagian perawatan (maintenance) yang telah bekerja sejak November 2016.
PT. Jaya Mandiri Sukses diketahui dimiliki oleh Eagle High Plantations (EHP), anak perusahaan Rajawali Corpora. Dalam laporan tahunan resminya, pada 2018 mayoritas kebun EHP terkonsentrasi di Kalimantan dengan total luas lahan sebesar 134.000 hektar.
Peristiwa ini sontak membuat suaminya Dominggos Moniz Bareto mengalami shock karena hari-hari belakangan, isterinya, Emerensiana terlihat sehat. Namun, diapun mengakui beberapa hari sebelumnya almarhum Emerensiana sempat diperiksa di Puskesmas Muara Leka Kec. Muara Muntai dari diagnosa medis, hasilnya menunjukan meninggal karena suatu penyakit.
Berdasarkan Surat Keterangan Pemeriksaan Kematian yang dikeluarkan oleh pihak RSUD A. Wahab Sjahranie, pihak rumah sakit hanya memberikan keterangan telah memeriksa jenazah Emerensiana. Tidak diketahui informasi mengenai penyakit penyebab kematian.
Kabar duka ini dalam waktu singkat telah tersiar ke beberapa perusahaan sekitar termasuk PT. Putra Bongan Jaya yang kemudian mulai berdatangan untuk memberikan dukungan serta doa bagi jenazah almarhumah.
Emerensiana yang meninggalkan seorang suami dan dua orang anak—Stefania Hoar Moniz Bareto (10), dan Robianto Klau Kehi (5)—kini terbujur kaku menanti kepastian pihak keluarga sedang melakukan upaya komunikasi kepada pimpinan perusahaan agar jenazah dibawah pulang ke Desa Umalor Kec. Malaka Barat Kab. Malaka NTT.
Waktu terus bergeser, sementara upaya demi upaya tidak membuahkan hasil dan jenazah almarhumah Emerensiana belum juga dimandikan dan diawetkan dengan formalin oleh keluarga dan perusahaan hingga Jumat, 6 Desember 2019 pukul 12.00 WITA.
Sudah sampai 18 jam belum ada tindakan apapun dan keluarga serta ratusan pekerja kebun Bangkirai serta perusahaan sekitar terlihat mulai pasrah dengan tawaran perusahaan PT. JMS yang hanya menyatakan kesanggupan untuk membantu memakamkan almarhumah di Kampung Muara Leka sebagai tempat terdekat.
Mereka tahu, bahwa hal ini sangat sulit untuk melawan kuasa atau kekuatan perusahaan karena Emi bukanlah pekerja pertama yang meninggal melainkan peristiwa serupa telah terjadi beberapa kali sebelumnya dan tidak pernah dipulangkan kepada keluarga oleh perusahaan tempat mereka mengadu nasib.
Semua merasa sudah buntu alias kehabisan cara. Pada saat itu, Jumat, 6 Desember 2019, sehari setelah meninggalnya Emi, sekitar pukul 12.15 WITA, ada seorang pekerja sebut saja Fidelis (31) mendatangi rumah duka menawarkan agar sebaiknya mereka menghubungi nomor ponsel orang yang kebetulan dia kenal agar bisa membantu mengatasi masalah tersebut.
Tepat pukul 12.20 WITA, merekapun menghubungi nomor ponsel Kornelis Wiriyawan Gatu, aktivis Serikat Pekerja Nasional (SPN) Kalimantan Timur yang bermarkas di Kota Samarinda untuk mengabari bahwa ada pekerja sawit meninggal sembari meminta bantuan agar bisa datang ke PT. Jaya Mandiri Sukses yang memakan waktu tempuh sekitar 4 jam perjalanan darat ke Bangkirai, tempat Emi disemayamkan.
Setelah mendapatkan berita duka tersebut, dengan sigap, Kornelis meninggalkan kantornya di Kota Samarinda menuju lokasi di tengah jalanan yang sedang diguyur hujan deras.
Karena komitmennya sebagai aktivis buruh sawit, beliau terus memacu kendaraannya dan tiba di lokasi tepat pukul 17.00 WITA sore hari itu. Ditengah kebingungan keluarga, aktivis SPN Kalimantan Timur itu berinisiatif untuk terlebih dahulu berkomunikasi dengan keluarga yang berada di Kabupaten Malaka, NTT.
Setelah mendapatkan persetujuan, dia memutuskan untuk mencari ambulance dan bersama keluarga membawah jenazah Emi ke Rumah Sakit Umum A. W. Sjahranie Samarinda untuk dimandikan dan diawetkan sambil menyusun rencana selanjutnya.
Jumat, 6 Desember 2019 malam pukul 23.00 WITA, jenazah Emi tiba di Rumah Sakit A. W. Sjahranie, Samarinda dan oleh dokter forensik Dr. Daniel Umar, jenazah disimpan di lemari pendingin sambil menunggu sikap perusahaan atas masalah ini.
Sementara itu, Kornelis beberapa kali menghubungi ponsel Manager HRD PT. Jaya Mandiri Sukses, Otto B. Tampubolon agar mau menunjukan niat baik untuk bertanggungjawab. Waktu terus berjalan sampai Minggu, 8 Desember 2019 malam, namun belum ada tanda-tanda positif dari pihak perusahaan. Sementara itu, keluarga almarhumah di sekitar Samarinda mulai berdatangan ke rumah sakit. Pada sore harinya, beberapa dari mereka telah memantau alamat letak kantor perwakilan perusahaan PT. JMS di Perum Grand Mutiara Jalan Siradj Salman Kota Samarinda.
Senin, 9 Desember 2019 pukul 08.00 WITA, sejumlah keluarga mulai berkumpul di area belakang rumah sakit. Kornelis baru mendapatkan kabar bahwa pihak perusahaan menyatakan siap bertemu di Samarinda pagi itu. Semua tentu sudah tidak bersabar menunggu pernyataan sikap perusahaan sebagai solusi akan masalah ini.
Bagi keluarga, tidak ada opsi lain, selain mengirimkan pulang jenazah Emi ke Kabupaten Malaka NTT yang sejak Jumat malam lalu dititipkan di lemari pendingin kamar mayat.
Akhirnya, pertemuan dengan pihak perusahaan terlaksana di salah satu tempat tepatnya di Jalan Mulawarman Kota Samarinda. Aktivis SPN Kalimantan Timur yang kebetulan berasal dari Ende NTT itu rupanya tidak kehabisan akal ditengah perdebatan akibat terjadinya perbedaan pandangan.
Kornelis, yang merupakan Lulusan S2 Hukum Universitas Merdeka Malang Jawa Timur tersebut telah memiliki segudang pengalaman karena Emi adalah jenazah yang ke-16 sejak beliau fokus melakukan advokasi buruh sawit di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah hingga Sabah Malaysia Timur dalam kurun waktu hampir 8 tahun sejak awal Mei 2012.
Kornelis didampingi Bung Petrus dari Paguyuban Pemuda Timor Kota Samarinda sebagai wakil keluarga sedang melakukan negosiasi dengan perusahaan PT. JMS
Beberapa kali, sang aktivis mencoba berdialog secara baik sebelum terjadinya perbedaan tanggapan dari pihak perusahaan yang nyaris bentrok dengan keluarga almarhumah yang mengancam akan membaringkan jenazah Emi di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Timur.
Setelah negosiasi mengalami jalan buntu, merekapun kembali bergegas ke Rumah Sakit A.W Syahranie yang mana disana telah berkumpul sejumlah orang berbadan tegap dan siap melaksanakan instruksi dari dirinya. Sedangkan pihak perusahaan yang panik dengan ancaman tersebut sempat beberapa kali menghubungi lewat ponsel pribadi namun tidak ditanggapinya. Mereka masih menunggu ditempat yang sama untuk melakukan upaya negosiasi ulang.
Sementara itu, Kornelis mulai memberikan gambaran langkah selanjutnya bahwa hanya ada dua tempat strategis yang paling efektif untuk membaringkan jenazah Emi dan mampu membuat kasus tersebut menjadi viral.
Pertama, temanya adalah ‘penelantaran jenazah’ oleh pihak pengusaha sebagai dampak atas fakta perbudakan buruh. Kedua, tempatnya harus strategis dan memiliki kemudahan akses media online, cetak, elektronik seperti radio, koran dan TV. Pilihannya ada dua tempat yaitu halaman Kantor Gubernur Kalimantan Timur atau Kantor Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Timur.
Di pihak lain, Manager HRD Otto B. Tampubolon terus menghubunginya dan mengirim pesan singkat agar kembali melakukan negosiasi. Beliaupun memenuhi keinginan pengusaha dengan melakukan renegosiasi.
Beda dengan kondisi sebelumnya, pada kesempatan kedua, pihak perusahaan langsung menyatakan sikap tanggungjawab dan memenuhi permintaan keluarga agar jenazah almarhumah dipulangkan ke Desa Umalor Kec. Malaka Barat, Kabupaten Malaka NTT.
Kesepakatan tersebut selanjutnya dibuat dalam bentuk Perjanjian Bersama (PB) dan perusahaan menanggung biaya pengangkutan jenazah melalui cargo Pesawat di Balikpapan hingga Kupang NTT.
Buah dari kesepakatan dalam bentuk Perjanjian Bersama ini kemudian diwujudkan pada keesokan harinya yaitu, Selasa, 10 Desember 2019 dan sekitar pukul 16.00 WITA, jenazah Emi diberangkatkan ke Balikpapan untuk diterbangkan ke Kupang pada, Rabu,11 Desember 2019 dengan Pesawat Lion Air dari Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan.
Friator Maxinus Wora, Wakil Ketua SPN Kaltim tiba di Bandara Eltari Kupang didampingi aktivis Serikat Buruh Migrant Indonesia NTT, Maria Hingi, Rabu, 11 Des.2019.
Jenazah Emerensiana Hoar tiba di Bandara Eltari Kupang dan di do’akan oleh keluarga dipimpin Sdra. Maria Hingi menurut tata cara Katolik.
Jenazah dinaikan oleh kerabat keluarga kedalam mobil jenazah untuk diberangkatkan ke Rumah Duka di Desa Umalor Kec.Malaka Barat Kabupaten Malaka NTT. Rabu, 11 Desember 2019.
Kornelis yang kebetulan berada di Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah merasa lega setelah menerima laporan bahwa jenazah telah diberangkat dari Kupang dan tiba di Rumah Duka.
Kepada Friator Maxinus Wora yang mendampingi jenazah Emi dari Balikpapan hingga ke Desa Umalor, pihak keluarga khususnya orang tua almarhumah mengaku sedih bercampur haru karena penantian yang mereka harapkan dalam beberapa hari akhirnya terwujud.
Ia menjelaskan bahwa jenazah Emi akan dimakamkan oleh keluarga pada hari Jumat, 13 Desember 2019 di kampung halamannya Desa Umalor Kec. Malaka Barat Kab. Malaka, NTT.
Sumber: Friator M. Wora, Maria Hingi dan Kornelis W.Gatu