Dalam dekade terakhir, ratusan merek dan bank besar dunia didesak agar membuat komitmen publik untuk menghentikan deforestasi,pembangunan di lahan gambut, dan menanggapi pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di dalam portofolio rantai pasok, investasidan pembiayaannya.
Lebih dari 400 perusahaan dalam Forum Barang Konsumen atau Consumer Goods Forum (CGF), serta bank besar Eropa dan AS yang termasuk dalam Inisiatif Lingkungan Perbankan (Banking Environment Initiative) dan KesepakatanKomoditas Lunak (Soft Commodities Compact), berkomitmen mencapai nol net deforestasi pada tahun 2020.
Semua gagal mencapai targetnya.
Dan meskipun adanya komitmen kolektif Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB untuk menghentikan deforestasi pada tahun 2020, serta Deklarasi New York tentang Hutan untuk menempatkan Masyarakat Adat dan masyarakat lokal di tengah upaya apa pun untuk melindungi, merestorasi dan mengelola hutan, hak Masyarakat Adat dan lokal terus diabaikan, sedangkan pembela tanah dan lingkungan dihadapi kekerasan dan kriminalisasi yang terus meningkat.
Kegagalan merek dan bank dalam menerapkan komitmennya secara efektif turut berkontribusi pada berlanjutnya pelanggaran HAM dan meningkatnya krisis iklim dan keanekaragaman hayati.
Rainforest Action Network (RAN) baru-baru ini meluncurkan laporan berjudul Keep Forests Standing (Pertahankan Tegakan Hutan), sebuah kampanye yang meminta pertanggungjawaban korporasi untuk menghentikan deforestasi dan ekspansi industri kehutanan dan perkebunan ke hutan tropis terakhir.
Laporan ini memprofilkan sepuluh merek multinasional, tujuh bank besar, dan sepuluh perusahaan kehutanan dan agribisnisyang melalui jaringan interkoneksinya, mewakili beberapa perusahaan paling berpengaruh yang memicu penghancuran hutan hujan dan pelanggaran hak Masyarakat Adat dan lokal.
Merek-merek ini merupakan perusahaan barang konsumen multinasional dengan perputaran cepat (fast-moving consumer goods/FMCG) yang terdiri dari Colgate-Palmolive, Ferrero, Kao, Mars, Mondelêz, Nestlé, Nissin Foods, PepsiCo, Procter & Gamble, dan Unilever.
Bank-bank dalam laporan ini merupakan pusat kekuatan finansial yaitu Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Bank Negara Indonesia (BNI), CIMB, Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), DBS, ABN Amro, dan JPMorgan Chase.